Hai sobat kemaren-kemaren ada pameran palembang expo di BKB, disalah satu pojok pameran ada yang memperlihatkan foto Palembang tempoe doeloe. Kota Palembang terbelah menjadi 2 kawasan oleh sungai musi yaitu kawasan seberang ulu dan kawasan seberang ilir. Untuk itu dalam rangkuman berikut ini saya konsentrasi dahulu pada daerah kawasan seberang ulu, untuk kawasan seberang ilir akan saya rangkum di lain waktu. Dengan kecanggihan teknologi sekarang saya iseng cari menggunakan pencarian google. Berikut data-data dan gambaran yang saya dapat seperti tersaji dibawah ini :
1. Boom 7 Ulu Palembang
Foto tahun 1947 an |
Suasana di lokasi penyebrangan BOOM 7 Ulu Palembang, tampak banyak
kendaraan dan poster bioskop "ELITE" juga menghiasi suasana saat itu.Terlihat juga kapal angkut untuk menghubungkan seberang Ulu dengan Seberang Ilir. Kapal yang digunakan adalah jenis kapal marie yaitu jenis kapal roda lambung yang bisa mengangkut banyak penumpang berikut kendaraan baik roda 4 maupun roda 2 (kapal feri nya tempoe doloe). Satu jenis angkutan lain yang digunakan adala perahu tambangan yang hanya mengangkut perorangan dalam jumlah sedikit. Sekarang Boom ini tidak ada lagi karena menjadi bagian pembangunan Jembatan Ampera
2. Kelenteng 10 Ulu atau Kelenteng Candra Nadi (1933)
Foto Kelenteng Tahun 1947 |
Kelenteng Keadan Sekarang (2013) |
3. Jembatan Ogan / Jembatan Kertapati (1939)
Foto : Awal-awal setelah pembangunan |
Foto diambil pada tahun 2013 |
Jembatan yang tidak kalah monumentalnya dengan Jembatan Ampera ini
terletak tidak jauh dari stasiun Kertapati, jembatan ini menyeberangi
sungai Ogan tepatnya di Muara Ogan. Jembatan ini dibangun pada zaman penjajahan Belanda pada tahun 1939 dan diberi nama dengan Wilhelmina Brug. Pada saat Jepang masuk, Belanda dikabarkan menghancurkan jembatan untuk
menghambat pergerakan tentara Jepang. Sempat menggunakan kayu sebagai
penyangga, tahun 1956 jembatan tersebut akhirnya kembali dipugar.
4. Rumah makan Pamor
Dahulu dan sampai saat ini setiap naik angkot ataupun bus kota dari kertapati menuju ampera, setiap kali melintasi daerah setelah PLN simpang 4 (simpang 4 plaju, kertapati, jakabaring dan kota) kernet sering menyebut "pamor....pamor....pamor". Usut punya usut ternyata di daerah itu dahulu ada Rumah makan "Pamor" yang sangat terkenal pada era
90-an di mana rumah makan pamor yang menyajikan makanan cukup enak ini
terkenal dengan Nasi Amperanya, tetapi menjelang sekitar tahun 98-99
rumah makan ini tutup dan sempat menjadi gudang dan sekarang sudah
beroperasi menjadi rumah makan omega jaya.
4. Kampung Kapitan
Rumah Kampung Kapitan dulu |
Tidak dipungkiri Kampung Kapitan
merupakan bagian unik dari Kota Palembang dan memiliki nilai-nilai
sejarah budaya. Kampung ini terletak di bagian hulu Sungai Musi,
tepatnya di kawasan 7 Ulu persis di seberang Benteng Kuto Besak.
Tak
jauh dari jembatan kebanggaan wong kito, Ampera, yang
dibangun pada era Soekarno 50 tahun lalu, dihitung mulai dibangunnya
pada 1962. Akses ke kampung tua ini lebih leluasa menggunakan motor atau
jalan kaki, tapi jalan kaki merupakan alternatif yang menarik agar
kesan wisatanya begitu terasa. Kampung Kapitan awalnya dihuni keluarga
besar dari Tjoa Ham Him menurutnya telah ada sekitar tahun 1805 Masehi
dan kampung ini telah berumur 2,5 abad lebih. Bisa dikatakan Tjoa Ham
Him leluhur sebagian orang Tionghoa yang telah menetap di Kota
Palembang.berasal dari suku Provinsi Hok Kian Kabupaten Ching Chow.
Dijelaskannya pada awalnya ia datang pertama kali ke Palembang membawa
keluarganya beserta jajarannya, tukang masak, anak buah,
dayang-dayangnya, dan diperkirakan mencapai hingga ratusan orang
mendatangi tempat ini tapi sekarang telah menyebar ke berbagai daerah.
Sedangkan sekarang Kampung Kapitan sendiri hanya tinggal belasan Kepala
Keluarga (KK).
Kampung Kapitan Sekarang (2013) |
5. Kolam Komperta Plaju
Tampak Pintu Masuk Kolam Renang di Komplek Pertamina Plaju 1940-1955 |
Tampak Pintu Masuk Kolam Renang di Komplek Pertamina (2012) |
Daftar Pustaka : dirangkum dari berbagai sumber
Artikel Terkait
0 komentar:
Posting Komentar