Jumat, 01 Februari 2019

Kronologi Pembentukan Wilayah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) Sumatera Selatan

Wilayah Sumatera Selatan dahulu merupakan wilayah kerajaaan Sriwijaya. Berdasarkan catatan Wikipedia mari kita urut kejadian berdasarkan tahun.
Tahun 671                :    Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sesuai dengan catatan I Tsing, raja pada saat itu adalah Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa.
Tahun 682                :    Tahun Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit kota Palembang yaitu pada tanggal 16 Juni 682.
Tahun 702                :    Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sri Indrawarman.
Tahun 728 – 742      :    Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Rudra Wikrama.
Tahun 775                :    Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sri Maharaja.
Tahun 776 - 792       :    Pusat pemerintahan kerajaan Sriwijaya pindah ke Jawa (Jawa Tengah atau Yogyakarta), Wangsa Sailendra mengantikan Wangsa Sanjaya. Sehingga pada masa ini wilayah Sriwijaya merupakan bagian dari Jawa.
Tahun 856                :    Kebangkitan Wangsa Sanjaya membuat Balaputradewa kemabali ketanah leluhurnya yaitu Sriwijaya. Sejak saat itu Balaputradewa menjadi raja Kerajaan Sriwijaya.
Tahun 960                :    Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sri Udayaditya Warmadewa.
Tahun 988                :    Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Cudamani Warmadewa. Pada Tahun ini juga Kerajaan Sriwijaya diserang oleh pasukan tentara dari Kerajaan Medang (Jawa). Penyerangan Medang ini berlangsung sampai dengan tahun 992, Palembang porak-poranda dan istananya dijarah. Dengan cara diplomasi Cudamani Warmadewa meminta perlindungan dari Tiongkok dan akhirnya berhasil memukul mundur.
Tahun 997                :    Pasukan Jawa masih menyerang sumatera, tapi bisa dikalahkan Cudamani Warmadewa (Sriwijaya)
Tahun 1006              :    Invasi Medang atas Sriwijaya berakhir, sebagai pembalasan, raja Sriwijaya mengirim pasukannya untuk membantu Raja Wurawari dari Luaram dalam pemberontakannya terhadap Medang. Dalam pertempuran selanjutnya, Istana Medang dihancurkan dan keluarga kerajaan Medang dieksekusi.
Tahun 1008              :    Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sri Mara-Vijayottunggawarman.
Tahun 1017              :    Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya pada saat itu dipmpin Raja Haji Sumatrabhumi atau Ha-ch'i-su-wa-ch'a-p'u.
Tahun 1025              :    Serangan Rajendra Chola dari Kerajaan Chola menyebabkan kota ini hanya menjadi pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing, Sriwjaya dipimpin oleh Raja Sangrama-Vijayottunggawarman.
Tahun 1030              :    Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya, seperti wilayah Nikobar dan sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman (menjadi raja terakhir)
Tahun 1068              :    Raja Virarajendra Chola dari Dinasti Chola di India menaklukkan wilayah yang sekarang disebut Kedah dari Sriwijaya, sehingga jangkauan Sriwijaya berkurang. Wilayahnya mulai memerdekakan diri dari kedaulatan Palembang dan mendirikan banyak kerajaan kecil di seluruh bekas imperium.
Tahun 1079              :    Sriwijaya menjadi wilayah taklukan dari Dinasti Chola, Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) raja dinasti Chola disebut juga sebagai raja San-fo-ts'I (Sriwijaya).
Tahun 1183              :    Kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Tahun 1293              :    Kota Palembang (Sriwijaya/Sumatera Selatan) menjadi bagian wilayah kerajaan Majapahit (wilayah taklukan)
Tahun 1343              :    Palembang dipimpin oleh Arya Damar sebagai bupati Palembang (masih kekuasaan MajapahiT) turut serta menaklukan Bali bersama dengan Gajah Mada Mahapatih Majapahit.
Tahun 1403              :    Awal abad 15 wilayah Sumatera Selatan menjadi daerah tak bertuan dan tempat Bajak Laut dari Mancanegara terutama dari Negeri China, perompak Chen Zuyi (Guangdong) dan Liang Daoming. Liang Daoming adalah seorang bajak laut dari Dinasti Ming Tiongkok yang menjadi penguasa Palembang di Sriwijaya.Ia datang dari provinsi Guangdong dan keturunan Konghu. Kekuasaan Liang Daoming di Palembang diakui oleh kaisar Ming dan dilindungi oleh armada Zheng He/Laksamana Cheng Ho (1403-1424). Jadi pada masa ini wilayah Sriwijaya (termasuk Sumatera Selatan) dikuasai oleh para bajak laut terutama Chen Zuyi dan Liang Daoming.
Tahun 1407              :    Persaiangan antara Chen Zuyi dan Liang Daoming atas Palembang semakin memanasa, dengan bantuan Laksamana Cheng Ho, pasukan Chen Zuyi ditumpas dan Chen Zuyi kemudian ditangkap dan eksekusi publik di Nanjing. Penguasan Palembang bukan dikuasai oleh Liang Daoming melainkan Shi Jinqing dilantik sebagai penguasa baru Palembang dan menjadi sekutu yang sangat jauh dan mengakui supremasi Ming sebagai imbalan atas pengakuan diplomatik, perlindungan militer, dan hak perdagangan
Tahun 1513              :    Kota Palembang dipimpin oleh seorang patih dari Kesultanan Demak.
Tahun 1619              :    Perusahaan Hindia Timur Belanda (kompeni) mendirikan sebuah pos perdagangan di Palembang.
Tahun 1659              :    Kesultanan Palembang diproklamirkan oleh Sri Susuhunan Abdurrahman, seorang bangsawan Palembang keturunan Jawa (1659-1706).
Tahun 1706              :    Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago, Sebagai Sultan Palembang ke-2  (1706-1718)
Tahun 1718              :    Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno, Sebagai Sultan Palembang ke-3  (1718-1724)
Tahun 1724              :    Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo, Sebagai Sultan Palembang ke-4  (1724-1757)
Tahun 1757              :    Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Ahmad Najamuddin I, Sebagai Sultan Palembang ke-5  (1757-1776)
Tahun 1776              :    Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Muhammad Bahauddin, Sebagai Sultan Palembang ke-6  (1776-1804)
Tahun 1804              :    Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Mahmud Badaruddin II, Sebagai Sultan Palembang ke-7  (1804-1812)
Tahun 1812              :    Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Ahmad Najamuddin II, Sebagai Sultan Palembang ke-8  (1812-1813)
Tahun 1813              :    Sultan Mahmud Badaruddin II bertahta kembali, kemudian Sultan Ahmad Najamuddin II diangkat kembali (1813-1818).
Tahun 1818              :    Sultan Mahmud Badaruddin II bertahta kembali (1818-1821).
Tahun 1821              :    Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Ahmad Najamuddin III, Sebagai Sultan Palembang ke-9  (1821-1823). Pada tahun ini juga garnisun Belanda didirikan.
Tahun 1823              :    Kesultanan Palembang Darusalam dihapuskan oleh Belanda pada tanggal 07 Oktober 1823.
Tahun 1825              :    Dibentuknya Keresidenan Palembang dipimpin oleh Jan Izaäk van Sevenhoven. Keresidenan Palembang dibawah Pemerintahan Provinsi Sumatera. Keresidenan Palembang dibagi menjadi 3 Afdeling dan tiap afdeling terbagi menjadi onder afdeling, yaitu :
1.      Afdeling Banyu Asin en Kabustreken
2.      Afdeling Palembangsche Boven Landen
a.       Onder Afdeling Lematang Ulu
b.      Onder Afdeling Tanah Pasemah
c.       Onder Afdeling Lematang Ilir
d.      Onder Afdeling Tebing Tinggi Empat Lawang
e.       Onder Afdeling Musi Ulu
f.       Onder Afdeling Rawas
3.      Afdeling Palembangsche Beneden Landen
Tahun 1830              :    Afdeling yang ada pada Keresidenan Palembang dikembangkan menjadi 7 Afdeling.
Tahun 1838              :    Belanda mengangkat juga Pangeran Kramo Jayo  (Menantu Sultan Mahmud Badaruddin II) Sebagai Perdana Menteri.
Tahun 1850              :    Pangeran Kramo Jayo dipecat dari jabatannya karena dituduh terlibat dalam usaha menentang Pemerintah Belanda (pemberontakan).
Tahun 1869              :    Afdeling yang ada pada Keresidenan Palembang dikembangkan kembali menjadi 9 Afdeling, yaitu :
1.      Afdeling Palembang.
2.      Afdeling Iliran dan Banyuasin
3.      Afdeling Musi Ilir.
4.      Afdeling Ogan Ilir dan Belida
5.      Afdeling Komering Ilir
6.      Afdeling Lematang Ulu, Lematang Ilir dan Pasemah
a.       Onder Afdeling Lematang Ulu
b.      Onder Afdeling Tanah Pasemah
c.       Onder Afdeling Lematang Ilir
7.      Afdeling Rawas
a.       Onder Afdeling Rawas
8.      Afdeling Tebing Tinggi
a.       Onder Afdeling Ampat Lawang
b.      Onder Afdeling Musi Ulu
c.       Onder Afdeling Kikim
d.      Onder Afdeling Rejang
e.       Onder Afdeling Lebong
9.      Afdeling Komering Ulu, Ogan Ulu dan Enim
a.       Onder Afdeling Ogan Ulu dan Enim
b.      Onder Afdeling Mekakau dan Semendo
                                 :    Dengan terbentuknya Afdeling Lematang Ulu, Lematang Ilir dan Pasemah, menjadi tonggak terbentuknya Kabupaten Lahat tepatnya tanggal 20 Mei 1869.
Tahun 1872              :    Afdeling yang ada pada Keresidenan Palembang menjadi 7 Afdeling.
Tahun 1878              :    Afdeling kembali disusutkan menjadi 6 Afdeling.
                                      Ogan Komering Ulu terbentuk dengan adanya Afdeeling Ogan Ulu dan Komering.
Tahun 1906              :    Afdeling kembali disusutkan menjadi 4 Afdeling, yaitu :
1.      Afdeeling Ibukota
a.       Distric Seberang Ilir
b.      Distric Seberang Ulu
2.      Afdeeling Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).
a.       Onder Afdeling Musi Ilir
b.      Onder Afdeling Banyuasin
c.       Onder Afdeling Rawas
d.      Onder Afdeling Ogan Ilir
3.      Afdeeling Palembangsche Boevenlanden (Palembang Hulu)
a.       Onder Afdeling Lematang Ulu
b.      Onder Afdeling Tanah Pasemah
c.       Onder Afdeling Lematang Ilir
d.      Onder Afdeling Tebing Tinggi
e.       Onder Afdeling Musi Ulu
4.      Afdeeling Ogan Ulu dan Komering
a.       Onder Afdeling Komering Ulu
b.      Onder Afdeling Ogan Ulu
c.       Onder Afdeling Muara Dua
d.      Onder Afdeling Komering Ilir
                                   Tanggal 01 April 1906 Palembang diberi status sebagai kota.
Tahun 1907              :    Onder Distric Muara Beliti dan Muara Kelingi diintegrasikan kedalam satu Onder Afdeling yakni Onder Afdeling Musi Ulu
Tahun 1918              :    Residen Palembang tetap 4 Afdeling (terjadi perubahan nama, regroup onder Afdelingnya), yaitu .
1.      Afdeeling Hofdspaats Palembang (Kota Palembang dan sekitarnya)
2.      Afdeeling Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).
3.      Afdeeling Palembangsche Boevenlanden (Palembang Hulu).
4.      Afdeeling Komering Ulu dan Ogan Ulu.
a.       Onder Afdeling Komering Ulu
b.      Onder Afdeling Ogan Ulu
c.       Onder Afdeling Makakau dan Ranau
Tahun 1921              :    Residen Palembang dikerucutkan menjadi 3 Afdeling, yaitu .
1.      Afdeeling Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).
a.       Distric Seberang Ilir
b.      Distric Seberang Ulu
c.       Onder Afdeling Musi Ilir
d.      Onder Afdeling Banyuasin
e.       Onder Afdeling Rawas
f.       Onder Afdeling Ogan Ilir
g.      Onder Afdeling Komering Ilir
2.      Afdeeling Palembangsche Boevenlanden (Palembang Hulu)
a.       Onder Afdeling Lematang Ulu
b.      Onder Afdeling Lematang Ilir
c.       Onder Afdeling Tebing Tinggi
d.      Onder Afdeling Musi Ulu
3.      Afdeeling Ogan dan Komering Ulu.
a.       Onder Afdeling Komering Ulu
b.      Onder Afdeling Ogan Ulu
c.       Onder Afdeling Makakau dan Ranau
Tahun 1930              :    Residen Palembang tetap 3 Afdeling (penyempurnaan onder Afdeling), yaitu .
1.      Afdeeling Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).
a.       Onder Afdeling Palembang
Distric Seberang Ilir (29 Kampung) dan Distric Seberang Ulu (14 Kampung)
b.      Onder Afdeling Ogan Ilir
Pemulutan, Tanjung Batu,Pegagan Ilir Suku Satu, Lembak, Sakotigo, Alai, Pegagan Ilir Suku Dua, Kertamulia, Pegagan Ulu (Sirah Pulaukilip), Gelumbang, Rantau Alai, Parit, Lubuk Keliat, Muara Kuang, Burai, Rambang Empat Suku, Tambangan Kelekar , Lubai Suku Satu, dan Meranjat.
c.       Onder Afdeling Komering Ilir
Jejawi, Pegagan Ulu suku Satu, Kemen, Danau, Kuro (Pampangan) , Pegagan Ulu suku Dua, Pangkalanlampan, Kayu Agung, Tulung Selapan, Teloko, Rambutan, Sirah Pulau Padang, Bengkulak, dan Mesuji.
d.      Onder Afdeling Banyuasin en kabusraken.
Sungai Rengas, Kumbang, Upang, Sungai Aren, Sungsang, Penuguan (Dusun Berdikari), Muara Telang, Rantau Bayur, Gasing, Dawas, Tangjung Lago, Supat, Talang Kelapa, Kubu Lalan, Pangkalan Balai , Kubu Dayat, Suak Tapeh, Kubu Tungkal, Rimbo Asam, Kubu Tungkal Ilir, dan Babat .
e.       Onder Afdeling Musi Hilir
Abab, Lawang Wetan, Penukal, Punjung, Teluk Kijing, Pinggep, Ipil, Sangadesa, Menteri Melayu, Batanghari Leko, dan Sungai Keruh.
f.       Onder Afdeling Rawas
Hulu Rawas, Sukapindah Hilir, Sukapindah Hulu, Rupit Hilir, Muara Rupit, Rupit Tengah, Sukapindah Tengah, dan Rupit Dalam.
2.      Afdeeling Palembangsche Boevenlanden (Palembang Hulu)
a.       Onder Afdeling Lematang Ulu
Tambelang Gedung Agung, Penjalang Suka Empayang Ilir, Puntang (Tambelang), Penjalang Sukapangi, Empat Suku Negeri Agung, Lawang Kulon, Manggul, Penjalang Sukalingsing, Gumay Lembak, Sikap Dalam Sukalingsing, Gumay Talang Ilir, Penjalang Suka Empayang Kikim, dan Tujuh Pucukan Suku Bunga Mas Saling Ulu.
b.      Onder Afdeling Lematang Ilir
Sungai Rotan, Tambelang Ujan Mas, Ampat Petulai Curup (Curup), Tambelang Patang Puluh Buhung, Ampat Petulai Dangku (Dangku), Tambelang Karangraja (Karangraja), Ampat Petulai Kuripan (Kuripan), Lawang Kidul (Darmo), Ampat Petulai Dalam Blimbingan(Belimbing), Penangulung Puluh (Tanjung Agung), Lengi (Gunung Megang), Penang Tengah Selawi (Pandan Dulang), Benakat, Penangsang Puluh (Sugiwaras), Tambelang Penanggiran, dan Semendo Darat (Pulau Panggung).
c.       Onder Afdeling Tanah Pasemah
Sumbai Besar Suku Kebonjati, Sumbai Ulu Lurah Suku Pajarbulan, Sumbai Penjalang Suku Tanjung Kurung, Sumbai Mangku ANom Suku Penantian, Sumbai Besar Suku Lubuk Buntak, Sumbai Tanjungraya Suku Muaraempayang, Semidang Suku Palangkenidai, Semidang, Sumbai Mangku Anom Suku Muara Seban, Gumay Hulu, Sumbai Tanjungraya Suku Gelungsakti, Mulak Hulu, Sumbai Besar Suku Alundua, dan Pagar Gunung.
d.      Onder Afdelig Tebing Tinggi
Wulung Dusun, Lintang Kiri Suku Sadan, Sikap Pelabuhan, Kejahatan Mandi Lintang, Kejahatan Mandi Musi Ilir, Tiang Pumpung Suku Ulu, Kejahatan Mandi Musi Ulu, Lintang Kanan Suku Muara Danau, Tedajin, Lintang Kiri Suku Muara Pinang, Sikap Dalam Musi Ulu, Lintang Kanan Suku Babatan, dan Pasemah Air Keruh.
e.       Onder Afdeling Musi Ulu
Sikap Dalam Musi, Proatin Lima, Bulan Tengah Semangus, Tiang Pumpung Kepungut, Bulan Tengah Suku Tengah, Batu Kuning Lakitan, Bulan Tengah Suku Hulu, Suku Tengah, Lakitan Hulu, Proatin Sebelas, dan Sindang Klingi Hilir.
3.      Afdeeling Ogan dan Komering Ulu.
a.       Onder Afdeling Ogan Ulu
Temenggungan, Lubuk Batang, Samakrian, Proatin Empat Suku Satu, Aji, Ngabehi Empat, Semidang Alundua Sukutiga, Lubai Suku Dua, Bindu Langit Lawang Kulon, Rambang Kapak Tengah, dan Sosoh Buay Rayap.
b.      Onder Afdeling Komering Ulu
Semendawai Suku Satu, Paku Sekunyit, Semendawai Suku Dua, Bunga Mayang, Semendawai Suku Tiga, Buay Pemaca, Madang Suku Satu, Lengkayap, Madang Suku Dua, Kitti, Buai Pemuka Bangsa Raja, dan Belitang.
c.       Onder Afdeling Muara Dua
Ranau, Kisam Tengah Suku Satu, Mekakau Hulu, Kisam Hulu, Mekakau Hlir, Kisam Tengah Suku Dua, Gunung Tiga, Kisam Hilir, Blambangan (Buairunjung), Bayur, Aji, dan Kiwis (Buaisandang).
Tahun 1933              :    Ibu Kota Onder afdeling Musi Ulu Muara Beliti pindah ke Lubuk Linggau
Tahun 1942              :    Masuknya tentara Jepang, afdelling yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda diubah namanya menjadi sidokan. Sidokan ini dipimpin oleh orang pribumi atas penunjukkan pemerintah militer Jepang dengan nama Gunco dan Fuku Gunco
Tahun 1943              :    Kepala Oafd Musi Ulu Controleur De Mey serta Aspirant Controleur Ten Kate menyerahkan jabatannya kepada Jepang.
                                      Perubahan Nama Onder Afdeling Musi Ulu diganti dengan Nama Musi Kami Gun dipimpin Gunce (Guntuyo). Sedangkan Onder Afdeling Rawas diganti menjadi Rawas Gun.
Tahun 1945              :    Terbentuknya Provinsi Administratif Sumatera (Putusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 19 Agustus 1945) dengan ibukota Medan/Bukit Tinggi dengan cakupan wilayah :
                                      Bekas Provinsi Sumatera Hindia Belanda (Residentie Atjeh en Onderhoorigheden, Residentie Tapanoeli, Residentie Sumatra's Westkust, Residentie Benkoelen, Residentie Lampoengsche Districten, Residentie Palembang, Residentie Djambi, Residentie Riouw en Onderhoorigheden, Residentie Oostkust van Sumatra, dan Residentie Bangka en Billiton)
                                      Residen Sumatera Selatan, Adnan Kapau Gani dengan seluruh perwira Gunseibu mengibarkan bendera Indonesia saat upacara. Pada hari tersebut diumumkan bahwa Keresidenan Palembang berada di bawah penguasaan Republik (08 Oktober 1945)
Bersambung

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar