Tahun
671 : Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sesuai
dengan catatan I Tsing, raja pada saat itu adalah Dapunta Hyang atau Sri
Jayanasa.
Tahun
682 : Tahun Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit
kota Palembang yaitu pada tanggal 16 Juni 682.
Tahun
702 : Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang
raja yang bernama Sri Indrawarman.
Tahun 728
– 742 : Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Rudra
Wikrama.
Tahun
775 : Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang
raja yang bernama Sri Maharaja.
Tahun
776 - 792 : Pusat pemerintahan kerajaan Sriwijaya pindah ke Jawa (Jawa Tengah
atau Yogyakarta), Wangsa Sailendra mengantikan Wangsa Sanjaya. Sehingga pada
masa ini wilayah Sriwijaya merupakan bagian dari Jawa.
Tahun
856 : Kebangkitan Wangsa Sanjaya membuat
Balaputradewa kemabali ketanah leluhurnya yaitu Sriwijaya. Sejak saat itu
Balaputradewa menjadi raja Kerajaan Sriwijaya.
Tahun
960 : Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang
raja yang bernama Sri Udayaditya Warmadewa.
Tahun
988 : Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja
yang bernama Cudamani Warmadewa. Pada Tahun ini juga Kerajaan Sriwijaya
diserang oleh pasukan tentara dari Kerajaan Medang (Jawa). Penyerangan Medang
ini berlangsung sampai dengan tahun 992, Palembang porak-poranda dan istananya
dijarah. Dengan cara diplomasi Cudamani Warmadewa meminta perlindungan dari
Tiongkok dan akhirnya berhasil memukul mundur.
Tahun
997 : Pasukan Jawa masih menyerang sumatera, tapi
bisa dikalahkan Cudamani Warmadewa (Sriwijaya)
Tahun
1006 : Invasi Medang atas Sriwijaya berakhir, sebagai pembalasan, raja
Sriwijaya mengirim pasukannya untuk membantu Raja Wurawari dari Luaram dalam
pemberontakannya terhadap Medang. Dalam pertempuran selanjutnya, Istana Medang
dihancurkan dan keluarga kerajaan Medang dieksekusi.
Tahun
1008 : Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sri
Mara-Vijayottunggawarman.
Tahun
1017 : Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India
selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya pada saat itu
dipmpin Raja Haji Sumatrabhumi atau Ha-ch'i-su-wa-ch'a-p'u.
Tahun
1025 : Serangan Rajendra Chola dari Kerajaan Chola menyebabkan kota ini
hanya menjadi pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang
asing, Sriwjaya dipimpin oleh Raja Sangrama-Vijayottunggawarman.
Tahun
1030 : Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya,
seperti wilayah Nikobar dan sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang
berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman (menjadi raja terakhir)
Tahun
1068 : Raja Virarajendra Chola dari Dinasti Chola di India menaklukkan
wilayah yang sekarang disebut Kedah dari Sriwijaya, sehingga jangkauan
Sriwijaya berkurang. Wilayahnya mulai memerdekakan diri dari kedaulatan
Palembang dan mendirikan banyak kerajaan kecil di seluruh bekas imperium.
Tahun
1079 : Sriwijaya menjadi wilayah taklukan dari Dinasti Chola, Kulothunga
Chola I (Ti-hua-ka-lo) raja dinasti Chola disebut juga sebagai raja San-fo-ts'I
(Sriwijaya).
Tahun
1183 : Kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Tahun
1293 : Kota Palembang (Sriwijaya/Sumatera Selatan) menjadi bagian wilayah
kerajaan Majapahit (wilayah taklukan)
Tahun 1343 : Palembang
dipimpin oleh Arya Damar sebagai bupati Palembang (masih kekuasaan MajapahiT)
turut serta menaklukan Bali bersama dengan Gajah Mada Mahapatih Majapahit.
Tahun
1403 : Awal abad 15 wilayah Sumatera Selatan menjadi daerah tak bertuan
dan tempat Bajak Laut dari Mancanegara terutama dari Negeri China, perompak
Chen Zuyi (Guangdong) dan Liang Daoming. Liang Daoming adalah seorang bajak
laut dari Dinasti Ming Tiongkok yang menjadi penguasa Palembang di Sriwijaya.Ia
datang dari provinsi Guangdong dan keturunan Konghu. Kekuasaan Liang Daoming di
Palembang diakui oleh kaisar Ming dan dilindungi oleh armada Zheng He/Laksamana
Cheng Ho (1403-1424). Jadi pada masa ini wilayah Sriwijaya (termasuk Sumatera
Selatan) dikuasai oleh para bajak laut terutama Chen Zuyi dan Liang Daoming.
Tahun
1407 : Persaiangan antara Chen Zuyi dan Liang Daoming atas Palembang semakin
memanasa, dengan bantuan Laksamana Cheng Ho, pasukan Chen Zuyi ditumpas dan Chen
Zuyi kemudian ditangkap dan eksekusi publik di Nanjing. Penguasan Palembang
bukan dikuasai oleh Liang Daoming melainkan Shi Jinqing dilantik sebagai
penguasa baru Palembang dan menjadi sekutu yang sangat jauh dan mengakui
supremasi Ming sebagai imbalan atas pengakuan diplomatik, perlindungan militer,
dan hak perdagangan
Tahun
1513 : Kota Palembang dipimpin oleh seorang patih dari Kesultanan Demak.
Tahun
1619 : Perusahaan Hindia Timur Belanda (kompeni) mendirikan sebuah pos
perdagangan di Palembang.
Tahun
1659 : Kesultanan Palembang diproklamirkan oleh Sri Susuhunan
Abdurrahman, seorang bangsawan Palembang keturunan Jawa (1659-1706).
Tahun
1706 : Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing
Lago, Sebagai Sultan Palembang ke-2
(1706-1718)
Tahun
1718 : Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Sultan Agung Komaruddin Sri
Teruno, Sebagai Sultan Palembang ke-3
(1718-1724)
Tahun
1724 : Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo
Wikramo, Sebagai Sultan Palembang ke-4
(1724-1757)
Tahun
1757 : Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Ahmad Najamuddin I, Sebagai
Sultan Palembang ke-5 (1757-1776)
Tahun
1776 : Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Muhammad Bahauddin, Sebagai
Sultan Palembang ke-6 (1776-1804)
Tahun
1804 : Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Mahmud Badaruddin II,
Sebagai Sultan Palembang ke-7 (1804-1812)
Tahun
1812 : Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Ahmad Najamuddin II,
Sebagai Sultan Palembang ke-8 (1812-1813)
Tahun
1813 : Sultan Mahmud Badaruddin II bertahta kembali, kemudian Sultan
Ahmad Najamuddin II diangkat kembali (1813-1818).
Tahun
1818 : Sultan Mahmud Badaruddin II bertahta kembali (1818-1821).
Tahun
1821 : Kesultanan Palembang di pimpin Sultan Ahmad Najamuddin III,
Sebagai Sultan Palembang ke-9 (1821-1823).
Pada tahun ini juga garnisun Belanda didirikan.
Tahun
1823 : Kesultanan Palembang Darusalam dihapuskan oleh Belanda pada
tanggal 07 Oktober 1823.
Tahun
1825 : Dibentuknya Keresidenan Palembang dipimpin oleh Jan Izaäk van
Sevenhoven. Keresidenan Palembang dibawah Pemerintahan Provinsi Sumatera. Keresidenan
Palembang dibagi menjadi 3 Afdeling dan tiap afdeling terbagi menjadi onder
afdeling, yaitu :
1. Afdeling
Banyu Asin en Kabustreken
2. Afdeling
Palembangsche Boven Landen
a. Onder
Afdeling Lematang Ulu
b. Onder
Afdeling Tanah Pasemah
c. Onder
Afdeling Lematang Ilir
d. Onder
Afdeling Tebing Tinggi Empat Lawang
e. Onder
Afdeling Musi Ulu
f. Onder
Afdeling Rawas
3. Afdeling
Palembangsche Beneden Landen
Tahun
1830 : Afdeling yang ada pada Keresidenan Palembang dikembangkan menjadi
7 Afdeling.
Tahun
1838 : Belanda mengangkat juga Pangeran Kramo Jayo (Menantu Sultan Mahmud Badaruddin II) Sebagai
Perdana Menteri.
Tahun
1850 : Pangeran Kramo Jayo dipecat dari jabatannya karena dituduh
terlibat dalam usaha menentang Pemerintah Belanda (pemberontakan).
Tahun
1869 : Afdeling yang ada pada Keresidenan Palembang dikembangkan kembali
menjadi 9 Afdeling, yaitu :
1. Afdeling
Palembang.
2. Afdeling
Iliran dan Banyuasin
3. Afdeling
Musi Ilir.
4. Afdeling
Ogan Ilir dan Belida
5. Afdeling
Komering Ilir
6. Afdeling
Lematang Ulu, Lematang Ilir dan Pasemah
a. Onder
Afdeling Lematang Ulu
b. Onder
Afdeling Tanah Pasemah
c. Onder
Afdeling Lematang Ilir
7. Afdeling
Rawas
a. Onder
Afdeling Rawas
8. Afdeling
Tebing Tinggi
a. Onder
Afdeling Ampat Lawang
b. Onder
Afdeling Musi Ulu
c. Onder
Afdeling Kikim
d. Onder
Afdeling Rejang
e. Onder
Afdeling Lebong
9. Afdeling
Komering Ulu, Ogan Ulu dan Enim
a. Onder
Afdeling Ogan Ulu dan Enim
b. Onder
Afdeling Mekakau dan Semendo
: Dengan terbentuknya Afdeling Lematang Ulu,
Lematang Ilir dan Pasemah, menjadi tonggak terbentuknya Kabupaten Lahat
tepatnya tanggal 20 Mei 1869.
Tahun
1872 : Afdeling yang ada pada Keresidenan Palembang menjadi 7 Afdeling.
Tahun
1878 : Afdeling kembali disusutkan menjadi 6 Afdeling.
Ogan
Komering Ulu terbentuk dengan adanya Afdeeling Ogan Ulu dan Komering.
Tahun 1906 : Afdeling
kembali disusutkan menjadi 4 Afdeling, yaitu :
1. Afdeeling
Ibukota
a. Distric
Seberang Ilir
b. Distric
Seberang Ulu
2. Afdeeling
Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).
a. Onder
Afdeling Musi Ilir
b. Onder
Afdeling Banyuasin
c. Onder
Afdeling Rawas
d. Onder
Afdeling Ogan Ilir
3. Afdeeling
Palembangsche Boevenlanden (Palembang Hulu)
a. Onder
Afdeling Lematang Ulu
b. Onder
Afdeling Tanah Pasemah
c. Onder
Afdeling Lematang Ilir
d. Onder
Afdeling Tebing Tinggi
e. Onder
Afdeling Musi Ulu
4. Afdeeling
Ogan Ulu dan Komering
a. Onder
Afdeling Komering Ulu
b. Onder
Afdeling Ogan Ulu
c. Onder
Afdeling Muara Dua
d. Onder
Afdeling Komering Ilir
Tanggal 01 April 1906 Palembang diberi status sebagai kota.
Tahun 1907 : Onder
Distric Muara Beliti dan Muara Kelingi diintegrasikan kedalam satu Onder
Afdeling yakni Onder Afdeling Musi Ulu
Tahun 1918 : Residen
Palembang tetap 4 Afdeling (terjadi perubahan nama, regroup onder Afdelingnya),
yaitu .
1. Afdeeling
Hofdspaats Palembang (Kota Palembang dan sekitarnya)
2. Afdeeling
Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).
3. Afdeeling
Palembangsche Boevenlanden (Palembang Hulu).
4. Afdeeling
Komering Ulu dan Ogan Ulu.
a. Onder
Afdeling Komering Ulu
b. Onder
Afdeling Ogan Ulu
c. Onder
Afdeling Makakau dan Ranau
Tahun 1921 : Residen
Palembang dikerucutkan menjadi 3 Afdeling, yaitu .
1. Afdeeling
Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).
a. Distric
Seberang Ilir
b. Distric
Seberang Ulu
c. Onder
Afdeling Musi Ilir
d. Onder
Afdeling Banyuasin
e. Onder
Afdeling Rawas
f. Onder
Afdeling Ogan Ilir
g. Onder
Afdeling Komering Ilir
2. Afdeeling
Palembangsche Boevenlanden (Palembang Hulu)
a. Onder
Afdeling Lematang Ulu
b. Onder
Afdeling Lematang Ilir
c. Onder
Afdeling Tebing Tinggi
d. Onder
Afdeling Musi Ulu
3. Afdeeling
Ogan dan Komering Ulu.
a. Onder
Afdeling Komering Ulu
b. Onder
Afdeling Ogan Ulu
c. Onder
Afdeling Makakau dan Ranau
Tahun 1930 : Residen
Palembang tetap 3 Afdeling (penyempurnaan onder Afdeling), yaitu .
1. Afdeeling
Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).
a. Onder
Afdeling Palembang
Distric Seberang Ilir
(29 Kampung) dan Distric Seberang Ulu (14 Kampung)
b. Onder
Afdeling Ogan Ilir
Pemulutan, Tanjung
Batu,Pegagan Ilir Suku Satu, Lembak, Sakotigo, Alai, Pegagan Ilir Suku Dua,
Kertamulia, Pegagan Ulu (Sirah Pulaukilip), Gelumbang, Rantau Alai, Parit,
Lubuk Keliat, Muara Kuang, Burai, Rambang Empat Suku, Tambangan Kelekar , Lubai
Suku Satu, dan Meranjat.
c. Onder
Afdeling Komering Ilir
Jejawi, Pegagan Ulu
suku Satu, Kemen, Danau, Kuro (Pampangan) , Pegagan Ulu suku Dua,
Pangkalanlampan, Kayu Agung, Tulung Selapan, Teloko, Rambutan, Sirah Pulau
Padang, Bengkulak, dan Mesuji.
d. Onder
Afdeling Banyuasin en kabusraken.
Sungai Rengas, Kumbang,
Upang, Sungai Aren, Sungsang, Penuguan (Dusun Berdikari), Muara Telang, Rantau
Bayur, Gasing, Dawas, Tangjung Lago, Supat, Talang Kelapa, Kubu Lalan,
Pangkalan Balai , Kubu Dayat, Suak Tapeh, Kubu Tungkal, Rimbo Asam, Kubu
Tungkal Ilir, dan Babat .
e. Onder
Afdeling Musi Hilir
Abab, Lawang Wetan,
Penukal, Punjung, Teluk Kijing, Pinggep, Ipil, Sangadesa, Menteri Melayu,
Batanghari Leko, dan Sungai Keruh.
f. Onder
Afdeling Rawas
Hulu Rawas, Sukapindah
Hilir, Sukapindah Hulu, Rupit Hilir, Muara Rupit, Rupit Tengah, Sukapindah
Tengah, dan Rupit Dalam.
2. Afdeeling
Palembangsche Boevenlanden (Palembang Hulu)
a. Onder
Afdeling Lematang Ulu
Tambelang Gedung Agung,
Penjalang Suka Empayang Ilir, Puntang (Tambelang), Penjalang Sukapangi, Empat
Suku Negeri Agung, Lawang Kulon, Manggul, Penjalang Sukalingsing, Gumay Lembak,
Sikap Dalam Sukalingsing, Gumay Talang Ilir, Penjalang Suka Empayang Kikim, dan
Tujuh Pucukan Suku Bunga Mas Saling Ulu.
b. Onder
Afdeling Lematang Ilir
Sungai Rotan, Tambelang
Ujan Mas, Ampat Petulai Curup (Curup), Tambelang Patang Puluh Buhung, Ampat
Petulai Dangku (Dangku), Tambelang Karangraja (Karangraja), Ampat Petulai
Kuripan (Kuripan), Lawang Kidul (Darmo), Ampat Petulai Dalam
Blimbingan(Belimbing), Penangulung Puluh (Tanjung Agung), Lengi (Gunung
Megang), Penang Tengah Selawi (Pandan Dulang), Benakat, Penangsang Puluh
(Sugiwaras), Tambelang Penanggiran, dan Semendo Darat (Pulau Panggung).
c. Onder
Afdeling Tanah Pasemah
Sumbai Besar Suku Kebonjati,
Sumbai Ulu Lurah Suku Pajarbulan, Sumbai Penjalang Suku Tanjung Kurung, Sumbai
Mangku ANom Suku Penantian, Sumbai Besar Suku Lubuk Buntak, Sumbai Tanjungraya
Suku Muaraempayang, Semidang Suku Palangkenidai, Semidang, Sumbai Mangku Anom
Suku Muara Seban, Gumay Hulu, Sumbai Tanjungraya Suku Gelungsakti, Mulak Hulu,
Sumbai Besar Suku Alundua, dan Pagar Gunung.
d. Onder
Afdelig Tebing Tinggi
Wulung Dusun, Lintang
Kiri Suku Sadan, Sikap Pelabuhan, Kejahatan Mandi Lintang, Kejahatan Mandi Musi
Ilir, Tiang Pumpung Suku Ulu, Kejahatan Mandi Musi Ulu, Lintang Kanan Suku
Muara Danau, Tedajin, Lintang Kiri Suku Muara Pinang, Sikap Dalam Musi Ulu,
Lintang Kanan Suku Babatan, dan Pasemah Air Keruh.
e. Onder
Afdeling Musi Ulu
Sikap Dalam Musi,
Proatin Lima, Bulan Tengah Semangus, Tiang Pumpung Kepungut, Bulan Tengah Suku
Tengah, Batu Kuning Lakitan, Bulan Tengah Suku Hulu, Suku Tengah, Lakitan Hulu,
Proatin Sebelas, dan Sindang Klingi Hilir.
3. Afdeeling
Ogan dan Komering Ulu.
a. Onder
Afdeling Ogan Ulu
Temenggungan, Lubuk
Batang, Samakrian, Proatin Empat Suku Satu, Aji, Ngabehi Empat, Semidang
Alundua Sukutiga, Lubai Suku Dua, Bindu Langit Lawang Kulon, Rambang Kapak
Tengah, dan Sosoh Buay Rayap.
b. Onder
Afdeling Komering Ulu
Semendawai Suku Satu,
Paku Sekunyit, Semendawai Suku Dua, Bunga Mayang, Semendawai Suku Tiga, Buay
Pemaca, Madang Suku Satu, Lengkayap, Madang Suku Dua, Kitti, Buai Pemuka Bangsa
Raja, dan Belitang.
c. Onder
Afdeling Muara Dua
Ranau, Kisam Tengah
Suku Satu, Mekakau Hulu, Kisam Hulu, Mekakau Hlir, Kisam Tengah Suku Dua,
Gunung Tiga, Kisam Hilir, Blambangan (Buairunjung), Bayur, Aji, dan Kiwis
(Buaisandang).
Tahun 1933 : Ibu
Kota Onder afdeling Musi Ulu Muara Beliti pindah ke Lubuk Linggau
Tahun 1942 : Masuknya
tentara Jepang, afdelling yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda diubah namanya
menjadi sidokan. Sidokan ini dipimpin oleh orang pribumi atas penunjukkan
pemerintah militer Jepang dengan nama Gunco dan Fuku Gunco
Tahun 1943 : Kepala
Oafd Musi Ulu Controleur De Mey serta Aspirant Controleur Ten Kate menyerahkan
jabatannya kepada Jepang.
Perubahan
Nama Onder Afdeling Musi Ulu diganti dengan Nama Musi Kami Gun dipimpin Gunce
(Guntuyo). Sedangkan Onder Afdeling Rawas diganti menjadi Rawas Gun.
Tahun 1945 : Terbentuknya
Provinsi Administratif Sumatera (Putusan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia 19 Agustus 1945) dengan ibukota Medan/Bukit Tinggi dengan cakupan
wilayah :
Bekas Provinsi
Sumatera Hindia Belanda (Residentie Atjeh en Onderhoorigheden, Residentie
Tapanoeli, Residentie Sumatra's Westkust, Residentie Benkoelen, Residentie
Lampoengsche Districten, Residentie Palembang, Residentie Djambi, Residentie
Riouw en Onderhoorigheden, Residentie Oostkust van Sumatra, dan Residentie
Bangka en Billiton)
Residen
Sumatera Selatan, Adnan Kapau Gani dengan seluruh perwira Gunseibu mengibarkan
bendera Indonesia saat upacara. Pada hari tersebut diumumkan bahwa Keresidenan
Palembang berada di bawah penguasaan Republik (08 Oktober 1945)
Bersambung
Artikel Terkait
0 komentar:
Posting Komentar