Setelah beberapa Minggu yang lalu masyarakat Indonesia disibukkan hari Natal dan perayaan tahun baru 2016. Dalam merayakan tahun baru, ada baiknya kita perlu menelisik lebih jauh sejarah perayaan tahun baru ini.
Masyarakat Babilonia kuno menjadi pemula. Pada 4.000 tahun lalu, mereka
merayakan pergantian tahun pada akhir Maret -- hari ketika terang
mentari seimbang dengan gelapnya malam. Pada vernal equinox atau titik Musim Semi Matahari.
Ritual digelar selama 11 hari pertama tahun baru. Sekaligus untuk merayakan kemenangan Dewa Marduk atas iblis penguasa lautan, Tiamat -- yang sejatinya bemuatan politis: saat penobatan pemimpin baru atau waktunya memperbarui mandat penguasa secara simbolis.
Ritual digelar selama 11 hari pertama tahun baru. Sekaligus untuk merayakan kemenangan Dewa Marduk atas iblis penguasa lautan, Tiamat -- yang sejatinya bemuatan politis: saat penobatan pemimpin baru atau waktunya memperbarui mandat penguasa secara simbolis.
Masyarakar Romawi menjadikan tahun baru diselenggarakan pada 1 Januari bersumber
pada perayaan pada peradaban Romawi. Awalnya, saat itu kalender Roma
terdiri dari 10 bulan atau 304 hari dimana setiap awal tahun tahu baru
jatuh saat ekuinoks vernal. Penanggalan ini diciptakan oleh Romulus, pendiri Roma. Akhirnya, pada tahun 46 Sebelum Masehi, Julius Caesar memanggil astronom
sekaligus matematikawan terkemuka, Sosigenes -- yang kemudian
mengusulkan Kalender Julius atau Kalender Julian.
Caesar kian mengukuhkan 1 Januari sebagai hari pertama dalam satu tahun
-- untuk menghormati Dewa Janus, yang namanya mengilhami nama bulan
tersebut.
Janus adalah salah satu dewa yang pertama disembah. Ia diyakini berkuasa atas jalan, gerbang, dan pintu Romawi. Juga mengatur pertanian, khususnya pada masa tanam.
Janus adalah salah satu dewa yang pertama disembah. Ia diyakini berkuasa atas jalan, gerbang, dan pintu Romawi. Juga mengatur pertanian, khususnya pada masa tanam.
Orang Romawi kuno merayakan tahun baru dengan memberikan persembahan
untuk Janus, bertukar kado, menghias rumah dengan daun salam, dan
menghadiri pesta yang meriah dan gaduh.
Budaya Mesir Kuno sangat berkaitan erat dengan sungai Nil. Tahun baru
mereka didasarkan pada banjir tahunan yang terjadi. Menurut penulis Roman Censorinus,
tahun baru Mesir diduga ketika Sirius pertama (bintang tercerah di
malam hari) muncul setelah absen 70 hari. Fenomena ini terjadi pada
pertengahan Juli sebelum banjir tahunan sungai Nil. Perayaan dilakukan
dengan sebuah festival yang dikenal dengan nama “Wepet Renpet” yang berarti pembukaan tahun.
Masyarakat Cina diyakini mulai dikenal sejak 3000 tahun silam sejak
dinasti Shang. Awalnya perayaaan dilakukan pada permulaan musim semi
atau musim tanam. Namun, lama kelamaan mulai terkontaminasi dengan mitos
dan legenda. Menurut satu cerita yang paling populer saat itu ada
makhluk haus darah bernama “Nian” yang berburu setiap tahunnya.
Untuk menakut-nakuti makhluk itu maka para penduduk menghiasi rumah
dengan hiasan bernuansa merah, pembakaran bambu dan membuat suara yang
keras. Akhirnya, hal itu berintegrasi pada perayaan tahun baru Cina
hingga saat ini.
Masyarakat Persia merayakan perayaan ini selama 13 hari pada musim semi atau ketika ekuinoks vernal
pada bulan Maret. Negara yang masih merayakan Perayaan ini adalah Iran dan beberapa wilayah Timur Tengah dan
Asia. Sering disebut dengan nama Nowruz atau tahun baru Persia. Diyakini budaya ini sebagai bagian dari agama
Zoroaster. Catatan resmi Nowruz belum muncul sampai abad ke-2, namun
para sejarawan percaya bahwa perayann ini mulanya terjadi sekitar abad 6
SM pada saat pemerintahan kekaisaran Akhemeniyah.
(C) 2016 Toms Pro
Daftar Pustaka :
1-1-46 SM: Alasan Tahun Baru dirayakan 1 Januari from : Liputan6. Accesed : 2016, Janaury 26.
Kalau begini sejarahnya, masihkah mau merayakan Tahun Baru from : Kiblat.net. Accesed : 2016, Janaury 26.
Toms Pro Reseach